Kamis, 02 Juli 2009

Memilihlah Dengan Rasa Tanggungjawab

Tangal 8 Juli segera datang, semua tinggal menunggu waktu untuk pesta demokrasi rakyat Indonesia. Para Capres-Cawapres sibuk untuk kampanye menyerukan visi dan misinya dimana-mana, diseluruh pelosok tanah air. Tak urung pun mereka “turun kebawah” untuk menarik simpatisan yang akan digunakan untuk menuang kemenangan suara mayoritas.

Visi dan misi para calon tersebut berbeda-beda. Capres-Cawapres A punya visi dan misi dengan mengatasnamakan rakyat sebagai tombak kesuksesan Negara, mereka mengelu-elukan dengan system ekonomi yang pro-rakyat. Mengdongkrak suara dengan iming-iming kontrak politik yang salah satu isinya adalah akan menghapus Undang-Undang BHP jika misal mereka terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Sementara itu calon Capres-Cawapres yang lainnya tidak mau kalah, mereka mengiming-iming rakyat dengan pengalihan uang kas Negara kepada sektor pendidikan dan kesehatan. Pendidikan gratis, kesehatan gratis dan merata di seluruh pelosok tanah air. Berbondong-bondong mereka turun ke pasar-pasar, turun langsung untuk meninjau daerah bencana, berpidato di tengah masa simpatisan seakan-akan mereka adalah raja di raja atas semuanya. Rakyat seakan disuguhi dan dicekoki dengan buaian-buain merdu, di doktrin dengan bualan-bualan, dijejali dengan ceramah-ceramah politik para calon tersebut. Bak seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya di malam hari, dan anehnya kitalah yang berperan sebagai anak kecil itu. Kita terbuai dengan nyanian merdu para Capres-Cawapres tersebut. Seharusnya kita berontak, kita bangun, kita marah dengan situasi seperti ini.

Suara rakyat akan menentukan segalanya. Suara kita akan menentukan nasib bangsa ini, nasib bangsa Indonesia untuk masa 5 (lima) tahun kedepan.

Banyak orang memilih nomor 1, banyak orang memilih nomor 2, dan tak kalah banyaknya orang memilih nomor 3. Tapi kenapa mereka memilih dengan “mata tertutup”. Banyangkan saja, 70% dari suara rakyat itu memilih dengan alasan yang sama sekali tidak diplomatis.

Mereka memilih karena telah terlena dengan masa lima tahun silam tanpa tahu sebenarnya yang terjadi. Mereka hanya tahu bahwa penguasa sebelumnya telah menurunkan harga BBM sampai tiga kali dan puas dengan hal tersebut. Mereka terlena dengan pencitraan yang berlebihan. Kita juga terlena dengan orang yang menyebut bahwa dirinya pahlawan bagi rakyat. Mega(h)nya negara ini ketika beliau memimpin pada masa dahulu, tapi apa yang terjadi? Berbicara lantang tentang kebenaran, berbicara seakan dia yang paling pintar. Sementara yang satunya tidak kala(h) “hebat”, dia berebut kebijakan dengan sesama rekan untuk menaikkan popularitas, memplot kebijakan-kebijakan atas nama pribadi.

Lalu mau dibawa kemana Negara ini???

Kita sebagai pemilih cobalah untuk antisipatif dengan segala hal, jangan mau di bodohi dengan bualan-bualan. Cermati visi dan misi para Capres-Cawapres tersebut, mana yang menurut anda paling baik untuk memperbaiki Negara ini. Jangan hanya memilih “kucing dalam karung”, jangan hanya asal memilih dan ingin dikatakan sebagai warga Negara yang baik karena telah mengikuti Pemilu.

Memilihlah dengan rasa penuh tanggungjawab, memilihlah dengan berdasarkan dari sebuah kesadaran yang kritis, karena pilihan kita akan menentukan akan kemana kita melangkah. Artinya kita memilih harus berdasarkan atas kesadaran dan bukan karena ikut-ikutan. Kita jangan terlena dengan apa yang kita lihat dan dengar, karena apa yang kita lihat dan dengar belum tentu semua benar, artinya kita harus melihat fakta dan data yang benar-benar dan realistis.

Kenali Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden mengenai visi dan misinya, berkaitan dengan sejarahnya, pemikirannya, dan budi pekertinya. Kemudian pertimbangkan dengan kehidupan bangsa kita saat ini, apakah figur tersebut cocok dengan situasi dan kondisi kita saat ini, dan apakah pemikirannya tersebut dapat membawa kita menuju arah yang lebih baik.

Jangan memilih karena faktor kesukuan, jangan memilih karena faktor agama, jangan memilih karena bentuk wajah dan bentuk badan. Memilihlah dengan rasa penuh tanggungjawab...

Pemilu 8 Juli nanti adalah awal dari kebangkitan negara kita, semoga itu terwujud. Amin...


 

© Free blogger template 3 columns